Kembali ke Pesantren cikal bakal pendidikan yang berkarakter
Sebagai alumni pesantren, tentu saya mempunyai kewajiban untuk mengenalkan pesantren pada dunia. Sebab, pesantren merupakan salah satu keistimewaan yang ada di bumi Indonesia. Jauh sebelum adanya sistem pendidikan formal yang saat ini digalakan oleh pemerintah, pesantren telah lebih dulu menancapkan khazanah keilmuan di seantero bumi pertiwi. Oleh sebab itu, dunia pendidikan indonesia patut berterimakasih pada pesantren. Dimana pesantren telah menopang pilar-pilar keilmuan dan menegakan umat berwawasan sebelum sistem pendidikan formal di Indonesia ada.
Orang tua kita zaman dahulu, tidak banyak mengenal pendidikan sekolah. Kebanyakan dari mereka lebih mengenal pendidikan karakter ala pondok pesantren. Hal ini karena selain pesantren lebih dahulu ada, juga karena pesantren tidak pernah menjadi beban terhadap masyarakat. Eksistensi pesantren selalu terbuka bagi masyarakat umum tanpa menekan, tanpa perlu khawatir dengan pergaulan, dan pelajar yang dihasilakan dibina untuk menjadi teladan ketika sudah terjun di masyarakat.
Sehingga sejarah mencatat, kedaulatan Indonesia tidak lepas dari peran serta para ulama, kiyai, santri, dan alumni pondok pesantren. Para pahlawan yang memperjuangkan perlawanan atas penjajah dimulai dari peluit pesantren. Dikala masyarakat dilanda ketimpangan perbudakan, dikala rakyat berhamburan akibat penjajahan, maka instruksi dari Kiyai selalu menjadi pemersatu untuk mencapai kemerdekaan. Perlawanan selalu bermula dari petunjuk Kiyai.
Hari ini, sangat mengherankan apabila pesantren di nomor duakan. Pemerintah harus mengakomodir keberadaan pesantren sebagai identitas karakter masyarakat Indonesia. Dimana nilai-nilai masyarakat Indonesia secara umum sebenarnya adalah bentuk pengejawantahan dari pondok pesantren. Dan ini adalah jati diri kita. Semisal budaya gotong royong, saling menghormati, patuh pada ulama, menghargai umaro, semua itu adalah sebagian dari apa yang diajarkan di pondok pesantren. Semua yang mentradisi di pondok pesantren dipakai dan ditelurkan kepada masyarakat secara lebih luas.
Penting bagi kita, sebagai generasi yang peduli akan kembalinya kedaulatan moral di bumi pertiwi, untuk memulai melakukan perubahan melalui pendidikan karakter. Dimana pendidikan tersebut telah diberjalankan di pondok pesantren. Sehingga kita tidak perlu ragu untuk memasukkan anak, saudara, kerabat, atau siapapun itu agar bisa mendapatkan bimbingan pendidikan ala pesantren.
Karena inilah yang kita harapkan. Dikala kita ditimpa musibah akan bobroknya moral bangsa, maka tentu perlu adanya revolusi mental. Perbaikan mental yang harus diutamakan oleh semua pihak saat ini. Sebab segala sesuatu kebaikan yang menjadi tujuan kita, tentu harus dimulai dengan mental yang baik. Maka saat itulah titik awal tujuan akan bisa dicapai.
Beberapa waktu yang lalu, gerakan Ayo Mondok sudah banyak dikampanyekan oleh alumni pondok pesantren. Dan alhamdulillah, melalui kampanye tersebut, peningkatan minat dan semangat untuk mondok dan belajar di pesantren kembali tinggi. Terlebih adanya hari santri menjadi satu bentuk pengakuan bahwa status pelajar di Indonesia tidak hanya milik orang yang duduk di bangku sekolah, melainkan juga untuk mereka yang belajar di Pondok pesantren.
Dan kita berharap, kedepan, terobosan-terobosan guna meneguhkan kembali eksistensi pesantren terus bermunculan.
Orang tua kita zaman dahulu, tidak banyak mengenal pendidikan sekolah. Kebanyakan dari mereka lebih mengenal pendidikan karakter ala pondok pesantren. Hal ini karena selain pesantren lebih dahulu ada, juga karena pesantren tidak pernah menjadi beban terhadap masyarakat. Eksistensi pesantren selalu terbuka bagi masyarakat umum tanpa menekan, tanpa perlu khawatir dengan pergaulan, dan pelajar yang dihasilakan dibina untuk menjadi teladan ketika sudah terjun di masyarakat.
Sehingga sejarah mencatat, kedaulatan Indonesia tidak lepas dari peran serta para ulama, kiyai, santri, dan alumni pondok pesantren. Para pahlawan yang memperjuangkan perlawanan atas penjajah dimulai dari peluit pesantren. Dikala masyarakat dilanda ketimpangan perbudakan, dikala rakyat berhamburan akibat penjajahan, maka instruksi dari Kiyai selalu menjadi pemersatu untuk mencapai kemerdekaan. Perlawanan selalu bermula dari petunjuk Kiyai.
Hari ini, sangat mengherankan apabila pesantren di nomor duakan. Pemerintah harus mengakomodir keberadaan pesantren sebagai identitas karakter masyarakat Indonesia. Dimana nilai-nilai masyarakat Indonesia secara umum sebenarnya adalah bentuk pengejawantahan dari pondok pesantren. Dan ini adalah jati diri kita. Semisal budaya gotong royong, saling menghormati, patuh pada ulama, menghargai umaro, semua itu adalah sebagian dari apa yang diajarkan di pondok pesantren. Semua yang mentradisi di pondok pesantren dipakai dan ditelurkan kepada masyarakat secara lebih luas.
Penting bagi kita, sebagai generasi yang peduli akan kembalinya kedaulatan moral di bumi pertiwi, untuk memulai melakukan perubahan melalui pendidikan karakter. Dimana pendidikan tersebut telah diberjalankan di pondok pesantren. Sehingga kita tidak perlu ragu untuk memasukkan anak, saudara, kerabat, atau siapapun itu agar bisa mendapatkan bimbingan pendidikan ala pesantren.
Karena inilah yang kita harapkan. Dikala kita ditimpa musibah akan bobroknya moral bangsa, maka tentu perlu adanya revolusi mental. Perbaikan mental yang harus diutamakan oleh semua pihak saat ini. Sebab segala sesuatu kebaikan yang menjadi tujuan kita, tentu harus dimulai dengan mental yang baik. Maka saat itulah titik awal tujuan akan bisa dicapai.
Beberapa waktu yang lalu, gerakan Ayo Mondok sudah banyak dikampanyekan oleh alumni pondok pesantren. Dan alhamdulillah, melalui kampanye tersebut, peningkatan minat dan semangat untuk mondok dan belajar di pesantren kembali tinggi. Terlebih adanya hari santri menjadi satu bentuk pengakuan bahwa status pelajar di Indonesia tidak hanya milik orang yang duduk di bangku sekolah, melainkan juga untuk mereka yang belajar di Pondok pesantren.
Dan kita berharap, kedepan, terobosan-terobosan guna meneguhkan kembali eksistensi pesantren terus bermunculan.
0 komentar:
Posting Komentar