BTemplates.com

Diberdayakan oleh Blogger.

Minggu, 30 April 2017

Rahasia Anak Sholeh


RAHASIA KEBERHASILAN PENDIDIKAN PARA ULAMA' SALAF

Orang-orang sholeh dari keturunan Rasulullah Saw, memiliki 11 konsep dalam mendidik anak-anak mereka:
١. ﺍﻻﻡ ﻓﻲ ﺣﺎﻟﺔ ﺍﻟﺮﺿﺎﻋﺔ ﺗﻘﺮﺍﺀ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﻮﻟﻮﺩ ﺍﻳﺔ ﺍﻟﻜﺮﺳﻲ ﻭﺍﻟﻤﻌﻮﺫﺗﻴﻦ ﻭﺗﻜﺮﺭﻫﻤﺎ
1. Memerintahkan kepada isteri mereka ketika menyusui, agar lidahnya tidak putus untuk terus membaca Ayat Kursi, Al Ikhlas, Al Falaq, dan An Naas.
٢. ﺍﻭﻝ ﻣﺎﻳﻠﻘﻨﻮﻥ ﺍﻟﻄﻔﻞ ﻋﻨﺪ ﺑﺪﺍﻳﺔ ﺍﻟﻨﻄﻖ (ﺭﺿﻴﺖ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﺭﺑﺎ ﻭﺑﺎﻻﺳﻼﻡ ﺩﻳﻨﺎ ﻭﺑﻤﺤﻤﺪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻧﺒﻴﺎ ﻭﺭﺳﻮﻻ)
2. Pertama kali yang diajarkan ke anak mereka ketika baru bisa bicara, ialah kalimat yang berbunyi:
"Rodlitu billahi Robba Wa bil Islami diina Wa bimuhammadin sholla Allahu ‘alayhi wa sallam Nabiyyan wa Rosuula"
(Aku ridho Allah sebagai Tuhanku, Islam agamaku, dan Muhammad sebagai Nabi dan Rosul).
٣. ﺍﻟﺨﺮﻭﺝ ﺑﺎﻷﻭﻻﺩ ﺍﻟﺼﻐﺎﺭ ﺁﺧﺮ ﺍﻟﻠﻴﻞ ﺍﻟﻰ ﺍﻟﻤﺴﺎﺟﺪ ﺣﺘﻰ ﻳﻜﻮﻥ ﻟﻬﻢ ﻋﺎﺩﺓ
3. Membiasakan kepada anak-anak mereka sejak kecil untuk bangun malam atau bangun sebelum tiba waktu Shubuh.
٤. ﻗﺒﻞ ﺍﻟﻤﻮﺍﺳﻢ ﺍﻟﺪﻳﻨﺔ ﻭﻣﻮﺍﺳﻢ ﺍﻟﻨﻔﺤﺎﺕ ، ﻛﺸﻬﺮ ﺭﻣﻀﺎﻥ ﻳﺠﻤﻌﻮﻥ ﺍﻭﻻﺩﻫﻢ ﻭﻳﺴﻠﻮﻫﻢ ﻣﺎﺫﺍ ﺳﻴﻌﻤﻠﻮﻥ ﻓﻲ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻤﻮﺍﺳﻢ ﻣﻦ ﺍﻟﺨﻴﺮ ﻭﺍﻟﺒﺮ ﻛﻘﺮﺍﺀﺓ ﺍﻟﻘﺮﺍﻥ ﻭﺍﻟﺬﻛﺮ ﻭﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻭﻏﻴﺮﻫﺎ
4. Sebelum memasuki bulan-bulan berkah seperti Romadlon, mereka mengumpulkan anak-anak mereka dan bertanya, "Apa yang akan kalian kerjakan di bulan yang berkah ini? (Diantara amalan membaca Al Qur'an, dzikir, sedekah, dll.)
٥. ﻛﺎﻧﻮﺍ ﻳﻌﻠﻤﻮﻥ ﺍﻭﻻﺩﻫﻢ ﺍﻟﻨﻴﺔ ﺍﻟﺼﺎﻟﺤﺔ ﻛﻤﺎ ﻳﻌﻠﻤﻮﻧﻬﻢ ﺍﻟﻔﺎﺗﺤﺔ
5. Mereka mengajari anak-anak mereka niat-niat yg baik sebagaimana mengajari mereka Surat Al Fatihah.
٦. ﻛﺎﻧﻮﺍ ﻳﻌﻘﺪﻭﻥ ﻣﺠﻠﺲ ﻋﻠﻢ ﻓﻲ ﺍﻟﺒﻴﺖ ﻳﺠﺘﻤﻊ ﻓﻴﻪ ﻛﻞ ﻣﻦ ﻓﻲ ﺍﻟﺒﻴﺖ ﻳﻮﻣﻲ ﺍﻭ ﺍﺳﺒﻮﻋﻲ ﻳﻘﺮﺅﻥ ﻣﺎﺗﻴﺴﺮ ﻣﻦ ﺍﻟﻘﺮﺍﻥ ﺍﻟﻜﺮﻳﻢ ( ﺣﺰﺏ ) ﻭﻛﺘﺐ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ ﻭﺍﻟﻔﻘﻪ ﻭﻳﺨﺘﻤﻮﻧﺔ ﺑﺎﻻﺩﻋﻴﺔ ﻭﺍﻟﺼﻼﺓ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ
6. Mereka mengadakan majelis ilmu di rumah, dan berkumpul semua yang ada di rumah, majlis harian atau mingguan, mereka membaca sedikit dari Al Qur'an dan kitab hadits serta fiqih. Mereka menutup majelis dengan doa dan solawat kepada Nabi Muhammad SAW.
٧. ﻓﻲ ﺣﺎﻝ ﺑﻠﻮﻍ ﺍﺣﺪ ﺍﺑﻨﺎﺋﻬﻢ ﻛﺎﻧﻮﺍ ﻳﻌﻠﻤﻮﻧﻪ ﺍﻧﻪ ﺑﻠﻎ ﻭﺍﻧﻪ ﺻﺎﺭ ﻣﻜﻠﻒ ﻭﺍﻥ ﺍﻻﻥ ﺻﺎﺭ ﻋﻠﻴﻪ ﻣﻠﻜﺎﻥ ﻳﺴﺠﻼﻥ ﺣﺴﻨﺎﺗﻪ ﻭﺳﻴﺌﺎﺗﻪ ﻭﻳﻜﺘﺒﺎﻥ ﺍﻗﻮﺍﻟﻪ ﻭﺍﻓﻌﺎﻟﻪ ،ﻭﻳﻜﻮﻥ ﺫﺍﻟﻚ ﻓﻲ ﺟﻤﻊ ﻳﺤﻀﺮﻩ ﺍﻟﻤﺸﺎﻳﺦ ﻭﺍﻟﻜﺒﺎﺭ
7. Ketika anak mereka telah mulai baligh, mereka memberi tahu anaknya bila sudah mukallaf dan sekarang dua Malaikat akan mencatat kebaikan-kejelekan, menulis ucapan serta perbuatannya. Untuk hal itu diadakanlah perayaan yang dihadiri para ulama' dan orang-orang sholeh.
٨. ﻛﺎﻧﻮﺍ ﻻﻳﺆﺧﺮﻭﻥ ﺯﻭﺍﺝ ﺍﺑﻨﺎﺋﻬﻢ ﺑﻌﺪ ﺍﻟﺒﻠﻮﻍ ﺧﻮﻓﺎ ﺍﻥ ﻳﻘﻌﻮﺍ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺤﻈﻮﺭ
8. Mereka tidak menunda pernikahan anak-anak mereka setelah baligh, kawatir terjerumus kepada kemaksiatan.
٩. ﻛﺎﻧﻮﺍ ﻳﻌﻠﻤﻮﻥ ﺍﻭﻻﺩﻫﻢ ﺍﻟﺪﻋﺎﺀ ﻭﺍﻟﺘﻀﺮﻉ ﺍﻟﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻓﻲ ﻛﻞ ﺍﻻﺣﻮﺍﻝ، ﻓﺎﺫﺍ ﺍﺭﺍﺩ ﺍﻟﻮﻟﺪ ﺷﻲ ﻣﻦ ﻭﺍﻟﺪﻩ ﺍﻭ ﻭﺍﻟﺪﺗﻪ ﻳﻘﻮﻟﻮﻥ ﻟﻪ ﻗﻢ ﻭﺗﻮﺿﺎﺀ ﻭﺻﻞ ﺭﻛﻌﺘﻴﻦ ﻭﺍﺳﺌﻞ ﺍﻟﻠﻪ ﺃﻥ ﻳﻘﻀﻲ ﺣﺎﺟﺘﻚ ﻭﺑﻌﺪ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻳﺎﻋﻄﻮﻩ ﻣﺎﻃﻠﺐ ،ﻭﻳﻘﻮﻟﻮﻥ ﻗﺪ ﺍﺳﺘﺠﺎﺏ ﺍﻟﻠﻪ ﺩﻋﺎﻙ
9. Mereka mengajari anak-anak berdoa memohon kepada Allah dalam setiap keadaan, maka apabila anaknya ingin sesuatu dari orang tuanya, mereka berkata kpd anaknya, "Wudhu'lah dan sholat 2 rokaat, lalu mintalah kepada Allah hajat-hajatmu. Setelah sholat, orang tua memberikan yang anak minta seraya berkata, "Sungguh Allah yang mengabulkan doamu".
١٠. ﻛﺎﻧﻮﺍ ﻳﺠﻌﻠﻮﻥ ﻟﻜﻞ ﻭﺍﺣﺪ ﻋﻤﻞﻣﺨﺼﺺﻓﻲﺍﻟﺒﻴﺖ ،ﻓﻬﺬﺍ ﻋﻠﻴﻪ ﺟﻠﺐ ﺍﻻﻏﺮﺍﺽ ﻣﻦ ﺍﻟﺴﻮﻕ ﻭﻫﺬﺍ ﻋﻠﻴﻪ ﻛﻨﺲ ﺍﻟﺒﻴﺖ ﻭﻫﺬﺍ ﻋﻠﻴﻪ ﺧﺪﻣﺔ ﺍﻟﻀﻴﻮﻑ ﻭﻫﺬﺍ ﻋﻠﻴﻪ ﺟﻠﺐ ﺍﻟﻤﺎﺀ ﻭﻫﻜﺬﺍ
10. Mereka membagi tugas kepada setiap anak, ada yang tugas belanja ke pasar, dan ada yang menyapu rumah, serta ada yang tugas melayani tamu dan ngambil air, dsb.
١١. ﻛﺎﻧﻮﺍ ﻳﻬﺘﻤﻮﺍ ﺑﺘﻌﻠﻴﻢ ﺍﻟﺒﻨﺎﺕ ﺃﻛﺜﺮ ﻣﻦ ﺍﻟﺬﻛﻮﺭ ﻻﻧﻬﻦ ﺣﺒﻴﺴﺎﺕ ﺍﻟﺒﻴﻮﺕ .

11. Mereka lebih banyak memperhatikan pembelajaran putri-putri mereka lebih serius dari anak laki-laki, karena anak perempuan tidak keluar rumah.

Ya Lal Wathon



Lagu Ya Lal wathon


يَا لَلْوَطَن يَا لَلْوَطَن يَا لَلْوَطَن
حُبُّ الْوَطَن مِنَ الْإِيْمَان
وَلَا تَكُنْ مِنَ الْحِرْمَان
اِنْهَضُوْا أَهْلَ الْوَطَن
إِنْدُونَيْسيَا بِيْلَادِيْ
أَنْتَ عُنْوَانُ الْفَخَامَا
كُلُّ مَنْ يَأْتِيْكَ يَوْمَا
طَامِحًا يَلْقَ حِمَامَا

“Pusaka hati wahai tanah airku
Cintamu dalam imanku
Jangan halangkan nasibmu
Bangkitlah, hai bangsaku!
Indonesia negriku
Engkau Panji Martabatku
S’yapa datang mengancammu
‘Kan binasa dibawah dulimu!”

HASIL MUSYAWARAH KITAB, Jama' Qoshor


HASIL MUSYAWARAH KITAB DI MASJID NURUL HUDA PURWAYASA
MALAM AHAD, 30 JULI 2016.
1.        Bagaimana hukumnya meng qoshor sholat sebelum berangkat bepergian, sedangkan dalam kitab-kitab fiqih (syafi’iyyah) disebutkan : Apabila seseorang telah melewati batas desanya, maka ia baru diperbolehkan mengqoshor sholat.
المجموع شرح المهذب ج : 4 ص : 228
(فرع) في مذاهب العلماء ذكرنا أن مذهبنا أنه إذا فارق بنيان البلد قصر ولا يقصر قبل مفارقتها وإن فارق منزله وبهذا قال مالك وأبو حنيفة وأحمد وجماهير العلماء وحكى ابن المنذر عن الحارث بن أبي ربيعة أنه أراد سفرا فصلى بهم ركعتين في منزله وفيه الأسود بن يزيد وغير واحد من أصحاب ابن مسعود قال وروينا معناه عن عطاء وسليمان بن موسى قال وقال مجاهد لا يقصر المسافر نهارا حتى يدخل الليل قال ابن المنذر لا نعلم أحدا وافقه
Kitab Majmu’ Syarah Al Muhadzab (Abi Zakariya muhyiddin Yahya bin Syarof An Nawawi) juz 4 halaman 228 :
(Cabang Masalah) : Didalam beberapa pendapat ulama madzhab disebutkan bahwa madzhab kita (Syafi’iyah) berpendapat  : Apabila seseorang telah melewati batas desa, maka diperbolehkan meng qoshor sholatnya. Dan tidak boleh meng qoshor apabila belum melewatinyanya walaupun sudah melewati rumahnya. Pendapat ini didukung oleh Imam Malik, Abu Hanifah, Imam Ahmad dan mayoritas ulama.
Diceritakan oleh Ibnul Mundzir dari Al Harits bin Abi Rubai’ah : bahwasanya ketika ia akan melakukan perjalanan, maka ia sholat berjama’ah dengan kaumnya dua rokaat dirumahnya (sholat qoshor). Pendapat ini didukung oeh Al Aswad bin Yazid dan tidak hanya satu dari shohabat-shohabatnya Ibnu Mas’ud. Beliau berkata : saya juga meriwayatkan pendapat yang searti dengan riwayat diatas dari ‘Atho dan Sulaiman bin Musa beliau berkata  : Dan berkata Imam Mujahid  : Seseorang yang bepergian diwaktu siang hari tidak boleh meng qoshor sholat sehingga masuk waktu malam hari. Ibnu mundzir berkata  : saya tidak mengetahui ada salah satu pun ulama yang sependapat dengannya.

2.        Bagaimana hukumnya menjama’ sholat dikarenakan kesibukan yang tidak seperti biasanya, seperti karena hajatan?
مجموع ج 4 ص 384
( فرع ) فى مذاهبهم فى الجمع فى الحضر بلا خوف ولا سفر ولا مطر ولا مرض : مذهبنا ومذهب ابو حنيفة ومالك وأحمد والجمهور أنه لا يجوز وحكى ابن المنذر عن طائفة جوازه بلا سبب قال وجوزه ابن سيرين لحاجة أو مالم يتخذه عادة إهـ
Majmu’ Juz 4 Hal 384
(Cabang masalah) Pendapat para ulama madzhab dalam hal men jama’ sholat dirumah dengan tidak ada kekawatiran, tidak dalam perjalanan, tidak karena hujan dan tidak karena sakit : Madzhab kita (Syafi’iyah), madzhab Abu Hanifah, Madzhab Imam Malik, Imam Ahmad dan mayoritas ulama berpendapat tidak boleh. Dan Ibnu Mundzir menceritakan dari sekelompok ulama pendapat yang memperbolehkan jama’ dengan tidak ada sebab. Beliau berkata : Ibnu Sirin memperbolehkanya karena ada hajat atau ketika tidak dibuat kebiasaan.
رحمة الأمة ص 40
فصل ولا يجوز الجمع للمرض والخوف على ظاهر مذهب الشافعي وقال أحمد بجوازه وهو وجه اختاره المتأخرون من أصحاب الشافعي قال النووي في شرح المهذب وهذا الوجه قوي جدا وعن ابن سيرين أنه يجوز الجمع من غير خوف ولا مرض لحاجة مالم يتخذه عادة.
Rohmatul Ummah Hal 40  :
Fashl  : Tidak diperbolehkan men jama’ sholat karena sakit dan ketakutan menurut dzohirnya pendapat madzhab Syafi’I, sedangkan Imam Ahmad memperbolehkanya dan pendapat ini yang dipilih oleh ulama mutaakhir dari para pengikut madzhab Syafi’iyah. Imam Nawawi dalam Syarah Muhadzab berkata pendapat ini adalah pendapat yang sangat kuat. Dan diriwayatkan dari Ibnu Sirin bahwasanya boleh menjama’ sholat dengan tidak ada sebab ketakutan atau sakit, menjama’nya hanya karena ada hajat asalkan tidak dibuat kebiasaan.

3.        Bagaimana sikap ma’mum ketika sudah niat qoshor akan tetapi imamnya itmam (menyempurnakan sholat)?

حاشية الشبراملسي الجز 9 صحفة 177
( وَلَوْ ) ( شَكَّ فِيهَا ) أَيْ فِي نِيَّةِ إمَامِهِ ( فَقَالَ ) مُعَلِّقًا عَلَيْهَا فِي نِيَّتِهِ ( إنْ قَصَرَ قَصُرَتْ وَإِلَّا ) بِأَنْ أَتَمَّ ( أَتْمَمْت ) ( قَصَرَ فِي الْأَصَحِّ ) إنْ قَصْر وَلَا يَضُرُّ تَعْلِيقُهَا عَمَلًا بِالْقَاعِدَةِ أَنَّ مَحَلَّ اخْتِلَالِ النِّيَّةِ بِالتَّعْلِيقِ مَا لَمْ يَكُنْ تَصْرِيحًا بِمُقْتَضَى الْحَالِ وَإِلَّا فَلَا يَضُرُّ . وَالثَّانِي لَا يَقْصُرُ لِلتَّرَدُّدِ فِي النِّيَّةِ ، أَمَّا لَوْ بَانَ إمَامُهُ مُتِمًّا لَزِمَهُ الْإِتْمَامُ ، وَعَلَى الْأَوَّلِ لَوْ قَالَ بَعْدَ خُرُوجِهِ مِنْ الصَّلَاةِ كُنْت نَوَيْت الْإِتْمَامَ لَزِمَ الْمَأْمُومَ الْإِتْمَامُ أَوْ نَوَيْت الْقَصْرَ جَازَ لَهُ الْقَصْرُ ، فَإِنْ لَمْ يَظْهَرْ لِلْمَأْمُومِ مَا نَوَاهُ الْإِمَامُ لَزِمَهُ الْإِتْمَامُ احْتِيَاطًا .
Hasyiyah Syibromalisi Juz 9 Hal 177  :
Apabila seorang ma’mum ragu tentang niatnya imam kemudian ia menggantungkan niatnya pada niatnya imam, apabila imam meng qoshor maka saya pun meng qoshor, dan apabila imam menyempurnakan sholat maka saya pun menyempurnakannya, Maka makmum tersebut boleh meng qoshor sholat menurut qoul al ashoh jika imam benar meng qoshornya, dan tidaklah bahaya ta’lik (menggantungkan) niat karena mengamalkan qoidah bahwasanya  : cacatnya niat dikarenakan ta’lik apabila keadaannya tidak jelas dengan melihat tuntutan keadaan dan apabila tidak (sesuai) maka berbahaya. Menurut qoul kedua tidak boleh meng qoshor karena masih ragu dalam niat, adapun apabila imam menyempurnakan sholat  maka makmum harus ikut menyempurnakannya. Dan menurut qaul awwal : apabila imam keluar dari sholat, sedangkan makmum baru yakin bahwa niatnya adalah itmam maka wajib itmam, atau niatnya qoshor maka boleh qoshor. Apabila bagi makmum belum jelas apa yang diniati imam maka wajib baginya niat itmam sebagai ihtiyath (yang lebih hati-hati).

4.        Seberapa jauh perjalanan yang memperbolehkan meng qoshor sholat, secara penghitungan kilometer?
Jarak masafatil qoshri  :
·        Versi kitab Tanwirul Qulub                              :    80,64 km
·        Versi Mayoritas Ulama                                    :    119,99988 km
·        Versi Hanafiyyah                                              :    96 km
·        Versi kitab Fiqh Al Islami                                 :    88,74 km
·        Versi Imam Makmun                                       :    89,999992 km
·        Versi Imam Ahmad Husain Al Mishri             :    94,5 km

·        Versi Syarh Yaqut Nafis                                   :    75,6 km.

Hasil Musyawarah Takrib, Qunut



Hasil Musyawarah Takrib
(15 mei 2016, di Masjid Purbosari)
1.      Bagaimanakah sikap makmum ketika imam tidak membaca Qunut?
فان ترك الامام دون المأموم ......... فان قيل قد صرحو بأنه لو ترك امامه القنوت ندب له أن يتخلف ليقنت ان أدركه فى السجدة الاولى وجاز له ان لحقه فى الجلوس بين السجدتين وأما اذا علم أنه لا يلحقه الا بعد هويه للسجدة الثانية وجب عليه تركه او نية المفارقة .... الخ (الباجورى : ج 1  ص : 187)
Apabila imam tidak melakukan qunut maka disunatkan bagi makmum mengakhirkan dari imam untuk membaca qunut apabila masih bisa menjumpai imam dalam sujud awal, dan boleh baginya mengakhirkan dari imam untuk membaca qunut apabila masih bisa menyusul imam dalam duduk diantara dua sujud, adapun apabila yakin tidak bisa menjumpai imam, kecuali setelah turun untuk sujud yang kedua maka wajib meninggalkan qunut atau niat mufarokoh (memisahkan diri dari imam).
2.      Mengusap wajah setelah membaca Qunut dalam sholat, bagaimanakah hukumnya?
ولا يسن مسح الوجه عقب الدعاء فى الصلاة بل الاولى تركه بخلافه خارجـها فيسن مسح الوجه لا الصدر ولو خارجـها (الباجورى : ج 1  ص : 163)
Tidak disunatkan mengusap wajah setelah do’a didalam sholat, dan sebaliknya yang lebih utama meninggalkanya. Berbeda ketika diluar sholat, maka disunatkan mengusap wajah, bukan mengusap dada walaupun diluar sholat.
3.      Posisi telapak tangan dengan cara terbalik ketika mengangkatnya dalam qunut nazilah (daf’il bala’), bagaimana hukumnya?
ويسن رفع يديه فى القنوت ويجعل بطنهما لجهة السماء عند طلب تحصيل الخير وظهرهما لها عند طلب رفع السر وهكذا سائر الادعية (الباجورى : ج 1  ص : 163)
Disunatkan mengangkat kedua tangan dalam qunut dan menjadikan bathinya telapak tangan mengarah kelangit (atas) ketika mengharap berhasilnya kebaikan, dan menjadikan bagian dzohirnya telapak tangan mengarah ke langit ketika mengharap dihindarkan dari musibah, begitu juga disetiap do’a-do’a yang lain.
4.      Bagaimana Hukumnya bagi makmum membaca do’a رب اغفر لي setelah fatihah dalam sholat?
[فائدة]: قال الشريف العلامة طاهر بن حسين: لا يطلب من المأموم عند فراغ إمامه من الفاتحة قول رب اغفر لي، وإنما يطلب منه التأمين فقط، وقول ربي اغفر لي مطلوب من القارىء فقط في السكتة بين آخر الفاتحة وآمين اهـ. (بغية المسترشدين ص : 45)

Syarif al ‘alim Thohir bin Husain berpendapat  : Tidak dianjurkan bagi makmum setelah imam selesai membaca fatihah untuk membaca رب اغفر لي. Adapun yang dianjurkan bagi makmum hanya membaca amin, dan bacaan رب اغفر لي  hanya dianjurkan bagi orang yang membaca fatihah ketika diam diantara akhir fatihah dan amin.

Hasil Musyawarah kitab takrib, Sholat jama'ah



Hasil Musyawarah kitab takrib

(31 Januari 2016, Di Mushola Pudaksari)

1.      Apabila imam menambah rokaat, bagaimanakah sikap bagi makmum?

بغية المسترشدين : ص 57 - 58
(مسألة: ج): قام الإمام لخامسة لم يجز للمأموم متابعته ولو مسبوقاً ولا انتظاره بل تجب مفارقته، نعم في الموافق تردد في جواز الانتظار اهـ. قلت: وعبارة التحفة ولو قام إمامه لزائدة كخامسة سهواً لم تجز متابعته، ولو مسبوقاً أو شاكاً في فعل ركعة ولا نظر، لاحتمال أنه ترك ركناً من ركعة، لأن الفرض أنه علم الحال أو ظنه بل يفارقه وهو أولى أو ينتظره على المعتمد، ثم إن فارقه بعد بلوغ حد الراكع سجد للسهو اهـ. ولو سلم إمامه فسلم معه، ثم سلم الإمام ثانياً فقال له المأموم: قد سلمت قبل هذا فقال: كنت ناسياً لم تبطل صلاة المأموم لظنه انقضاء الصلاة كما في قصة ذي اليدين، نعم يندب له سجود السهو لأنه تكلم بعد انقطاع القدوة، ذكره ب ر.

2.      Ketika sholat dalam posisi sujud seorang laki-laki terlihat auratnya dari bawah, bagaimana hukumnya?

سلم المناجات ص  : 17
ولو صلى على عال او سجد مثلا لم يضر رؤية عوراته

3.      Ketika sholat si fulan batuk sampai ngiklik, sampai keluar 2 huruf, bagaimanakah hukum sholatnya?

فتح الوهاب ص : 55
(و لا بتنحنح لتعذر ركن قولي) لا لتعذر غيره كجهر، لانه ليس بواجب فلا ضرورة إلى التنحنح له (ولا بقليل نحوه) أي نحو التنحنح من ضحك وغيره (لغلبة) وخرج بقليله وقليل ما مر كثيره، لانه يقطع نظم الصلاة وقولي أو بعد عن العلماء من زيادتي. وكذا التقييد في الغلبة بالقليل وتعرف القلة والكثرة بالعرف وقولي ركن قولي أعم وأولى من تعبيره بالقراءة

تحفة المحتاج ز ج 6  ص  : 372 - 375
( وَالْأَصَحُّ أَنَّ التَّنَحْنُحَ وَالضَّحِكَ وَالْبُكَاءَ وَالْأَنِينَ وَالنَّفْخَ وَالسُّعَالَ وَالْعُطَاسَ إنْ ظَهَرَ بِهِ ) أَيْ بِكُلٍّ مِمَّا ذَكَرَ ( حَرْفَانِ بَطَلَتْ وَإِلَّا فَلَا ) جَزْمًا لِمَا مَر .... الى ان قال ( وَ ) يُعْذَرُ ( فِي التَّنَحْنُحِ وَنَحْوِهِ ) مِمَّا مَرَّ مَعَهُ ( لِلْغَلَبَةِ ) عَلَيْهِ  لَكِنْ إنْ قَلَّ عُرْفًا عَلَى الْمُعْتَمَدِ وَلَوْ اُبْتُلِيَ شَخْصٌ بِنَحْوِ سُعَالٍ دَائِمٍ بِحَيْثُ لَمْ يَخْلُ زَمَنٌ مِنْ الْوَقْتِ يَسَعُ الصَّلَاةَ بِلَا سُعَالٍ مُبْطِلٍ فَاَلَّذِي يَظْهَرُ الْعَفْوُ عَنْهُ وَلَا قَضَاءَ عَلَيْهِ لَوْ شُفِيَ نَظِيرَ مَا يَأْتِي فِيمَنْ بِهِ حِكَّةٌ لَا يَصْبِرُ مَعَهَا عَلَى عَدَمِ الْحَكِّ بَلْ قَضِيَّةُ هَذَا الْعَفْوُ عَنْهُ وَأَنَّهُ لَا يُكَلَّفُ انْتِظَارَ الزَّمَنِ الَّذِي يَخْلُو فِيهِ عَنْ ذَلِكَ لَكِنَّ قَضِيَّةَ مَا مَرَّ فِي السَّلَسِ أَنَّهُ يُكَلَّفُ ذَلِكَ فِيهِمَا ، وَهُوَ مُحْتَمَلٌ وَيَحْتَمِلُ الْفَرْقُ بِأَنَّهُ يَحْتَاطُ لِلنَّجَسِ لِقُبْحِهِ مَا لَا يَحْتَاطُ لِغَيْرِهِ وَلَوْ تَنَحْنَحَ إمَامُهُ فَبَانَ مِنْهُ حَرْفَانِ لَمْ تَجِبْ مُفَارَقَتُهُ لِاحْتِمَالِ عُذْرِهِ .
نَعَمْ إنْ دَلَّتْ قَرِينَةُ حَالِهِ عَلَى عَدَمِ الْعُذْرِ تَعَيَّنَتْ مُفَارَقَتُهُ عَلَى مَا بَحَثَهُ السُّبْكِيُّ


4.      Ketika si imam lupa, lalu ma’mum mengingatkanya, akan tetapi tidak sesuai cara yang dianjurkan, misalnya wanita dengan membaca tasbih dan laki-laki dengan tepuk tangan, bagaimanakah hukumnya?

أسنى المطالب ج 3  ص : 78
فَلَوْ صَفَّقَ الرَّجُلُ وَسَبَّحَتْ الْمَرْأَةُ جَازَ ، لَكِنْ خَالَفَا السُّنَّةَ مَعَ أَنَّهُ تَقَدَّمَ أَنَّ الْمَرْأَةَ تَجْهَرُ إذَا خَلَتْ عَنْ الرِّجَالِ الْأَجَانِبِ ، فَالْأَوْجَهُ أَنَّهَا تُسَبِّحُ حِينَئِذٍ ؛ لِأَنَّ التَّسْبِيحَ مِنْ جِنْسِ الصَّلَاةِ وَلِأَنَّهَا إنَّمَا أُمِرَتْ بِالْعُدُولِ عَنْهُ إلَى التَّصْفِيقِ لِخَوْفِ الْفِتْنَةِ وَهُوَ مُنْتَفٍ فِيمَا قُلْنَا وَالْخُنْثَى مِثْلُهَا فِيمَا ذُكِرَ وَلَمْ يُبَيِّنْ الْمُصَنِّفُ أَنَّ التَّنْبِيهَ بِمَا ذُكِرَ مَنْدُوبٌ أَوْ مُبَاحٌ ، أَوْ وَاجِبٌ وَلَا رَيْبَ أَنَّهُ مَنْدُوبٌ لِمَنْدُوبٍ وَمُبَاحٌ لِمُبَاحٍ كَإِذْنِهِ لِدَاخِلٍ وَوَاجِبٌ لِوَاجِبٍ كَإِنْذَارِهِ أَعْمَى وَيُعْتَبَرُ فِي التَّسْبِيحِ أَنْ يَقْصِدَ بِهِ الذِّكْرَ وَحْدَهُ ، أَوْ مَعَ التَّنْبِيهِ كَنَظِيرِهِ الْآتِي فِي الْقِرَاءَةِ .

الباجورى خ 1  ص : 173

فَلَوْ صَفَّقَ الرَّجُلُ وَسَبَّحَتْ الْمَرْأَةُ كان خلاف الاولى لمخالفتهما السنة ولايكره على المعتمد خلافا لما وقع فى المحشى ويمكن حمله على الكراهة الخفيفة ..

Hasil Musyawarah Kitab takrib, solat jum'ah



HASIL MUSYAWARAH KITAB TAKRIB RANTING NU PURWASARI

1.        Bagaimanakah pengertian musafir, muqim dan mustauthin?
·           Musafir adalah orang yang tidak ada tujuan bermukim lebih dari 4 hari. Golongan ini tidak diwajibkan sekaligus tidak mengesahkan sholat jum’at. Namun sah-sah saja jika melakukan sholat jum’at bersama penduduk setempat.
·           Muqim adalah orang yang punya tujuan bermukim lebih dari 4 hari atau bahkan menetap sampai bertahun tahun, asalkan ada niat akan kembali ke tanah kelahiranya. Golongan ini wajib melakukan sholat jum’at bersama ahli jum’at, akan tetapi keberdaanya tidak bisa mengesahkan sholat jum’at, karena keabsahanya mengikuti pada ahli jum’at (tab’an)
·           Mustauthin adalah orang yang bertempat tinggal di tanah kelahiranya atau transmigrasi ditempat lain, serta tidak ada keniatan untuk kembali ke tanah kelahiranya. Golongan ini wajib melakukan sholat jum’at sekaligus mengesahkan sholat jum’at.

2.        Bagaimana hukumnya mengedarkan kotak amal ketika khutbah sholat jum’at?
Jawab : Hukumnya makruh karena, karena dapat mengganggu konsentrasi jama’ah mendengarkan khutbah.
حاشية الجمل على شرح منهاج الطلاب لسليمان بن عمر الجمل ج 2  ص : 36
( قَوْلُهُ : وَيُكْرَهُ الْمَشْيُ بَيْنَ الصُّفُوفِ ) لِلسُّؤَالِ وَدَوْرَانِ الْإِبْرِيقِ وَالْقِرَبِ لِسَقْيِ الْمَاءِ وَتَفْرِقَةِ الْأَوْرَاقِ وَالتَّصَدُّقِ عَلَيْهِمْ ؛ لِأَنَّهُ يُلْهِي النَّاسَ عَنْ الذِّكْرِ وَاسْتِمَاعِ الْخُطْبَةِ ا هـ .
Hasyiyah Al Jamal Ala Syarhi Minhajut Thulab Sulaiman Bin Umar Al Jamal Juz 2 Hal 36.
Keterangan : Makruh hukumnya berjalan diantara barisan-barisan jama’ah karena untuk meminta (mengedarkan) kotak amal atau mendekatkan air minum, serta membagikan kertas undangan dan memberikan sedekah kepada jama’ah. Karena yang demikian itu dapat melupakan (mengganggu) jama’ah dari berdzikir dan mendengarkan khutbah.
3.        Bagaimana hukumnya sholat jum’at bagi wanita? Apakah wanita yang sudah melakukan sholat jum’at juga wajib melakukan sholat duhur?
مجموع شرح المهذب لابى زكريا محي الدين يحي شرف النووى : ج 4  ص 364.
(فرع) أذا أرادت المرأة حضور الجمعة فهو كحضورها لسائر الصلوات وقد ذكره المصنف في أول باب صلاة الجماعة وشرحناه هناك وحاصله أنها إن كانت شابة أو عجوزا تشتهي كره حضورها وإلا فلا وهكذا صرح به هنا المتولي وغيره
Keterangan  : Majmu’ syarh Muhadzab Syeh Abi Zakariya Muhyiddin Yahya bin Syarof An Nawawi. Juz 4, Hal 364.
(Cabangan) Apabila seorang wanita menghendaki berjama’ah sholat jum’at (di masjid), maka hukum kehadliranya itu sama seperti kehadliranya seorang wanita ketika sholat-sholat yang lainnya (sholat fardlu dll). Pengarang (An Nawawi) telah memaparkannya dalam awalnya bab yang menjelaskan tentang sholat jama’ah. Dan saya telah menjabarkanya dengan luas dalam bab tersebut. Sedang kesimpulanya adalah : Sesungguhnya seseorang wanita muda atau wanita tua yang masih menarik perhatian terhadap seorang laki-laki, maka kehadliranya itu hukumnya dimakruhkan, dan andaikata tidak menarik perhatian, maka hukumnya tidak makruh (boleh). Seperti yang dijelaskan oleh Al Mutawalli dan Ulama lainya.
بغبة المسترشدين لعبد الرحمن بن محمد بن حسين بن عمر باعلوى ص : 78
(مسألة): يجوز لمن لا تلزمه الجمعة كعبد ومسافر وامرأة أن يصلي الجمعة بدلاً عن الظهر وتجزئه، بل هي أفضل لأنها فرض أهل الكمال، ولا تجوز إعادتها ظهراً بعد حيث كملت شروطها
Bughyatul Mustarsyidin Abdurrohman bin Muhammad bin Husain bin Umar Ba ‘Alwy. Hal 78.
(Masalah) Bagi mereka yang tidak berkewajiban sholat jum’at seperti hamba sahaya, musafir, dan wanita, baginya diperbolehkan menjalankanya sholat jum’at sebagai ganti sho;at dzuhurnya, dan sholat jum’atnya  sudah bisa mencukupinya, bahkan menjalankan sholat jum’at itu lebih baik, karena sholat jum’at adalah kewajiban yang dibebankan terhadap orang-orang yang sempurna (memenuhi syarat), dan ia tidak boleh mengulangi sholat jum’atnya dengan sholat dzuhur, setelah semua syarat-syaratnya terpenuhi secara sempurna.
4.        Bagaimana cara terbaik dalam pengaturan shof bagi wanita?
أسنى المطالب  الجزء 3 صـ 294  
( فاءن كثروا ) بان كان من كل جنس جماعة (فالرجال )يقدمون لفضلهم (ثم الصبيان )لانهم من جنس الرجال (ثم الخناثى)لاحتمال ذكورهم والتصريح بحكمهم من زيادته  (ثم النساء) والاصل في ذالك خبر (ليليني منكم اولو الاءلحام والنهى ثم الذين يلونهم ثلاثا ) رواه مسلم
المجموع  الجزء الرابع  صـ 255
وحاصله ان الموافق المذكورة كلها على الاستحباب فان خالفوها كره وصحت الصلاة لما ذكره المصنف وكذا لو صلى الامام اعلى من المأموم وعكسه لغير حاجة وكذا اذا تقدمت المرأة على صفوف الرجال بحيث لم تتقدم على الامام او وقفت بجنب الامام أو بجنب مأموم صحت صلاتها وصلاة الرجال بلاخلاف عندنا وكذا لو صلى منفردا خلف الصف مع تمكنه من الصف كره وصحت صلاته بأفعالهم من وراءهم قال المنذري : وأخرجه مسلم والنسائي وابن ماجه
الترمسي الجزء الثالث صـ 62
ومتى خولف الترتيب المذكور كره وطذا كل مندوب يتعلق بالموقف فإنه يكره مخالفته وتفوت به فضيلة الجماعة (قوله كره) أي مع صحة الصلاة بذلك لأنه ليس بشرط لها (قوله ومتى خولف الترتيب المذكور) أي من تقديم الرجال ثم الصبيان ثم الخناثى ثم النساء كأن يتقدم الصبيان على الرجال مع حضورهم دفعة أو الخناثى عليهم مطلقا (قوله فضيلة الجماعة) أي المختصة بتلك السنة بل أفتى الشهاب الرملي فيما إذا وقف صف قبل إتمام ما أمامه بعدم فوات الفضيلة بالوقوف المذكور وفي ابن عبد الحق ما يوافقه حيث قال لا تفوت فضيلة الجماعة بذلك وإن فاتت فضيلة الصف وكذا يوافقه من المتأخرين قال ع ش وعليه فيكون هذا مستثنى من قوله مخالفة السنن المطلوبة في الصلاة من حيث الجماعة مكروهة مفوتة للفضيلة فليتأمل
حاشية قليوبي وعميرة مع المحلي الجزء الأول صـ 280
( قلت : يكره ارتفاع المأموم على إمامه وعكسه إلا لحاجة ) كتعليم الإمام المأموم صفة الصلاة , وكتبليغ المأموم تكبير الإمام . ( فيستحب ) ارتفاعهما لذلك .
قوله : ( يكره ارتفاع المأموم على إمامه وعكسه ) ولو على جبل أو حائط في المسجد وغيره وتفوت به فضيلة الجماعة خلافا لابن حجر في مسجد بني كذلك , والمراد ارتفاع يظهر في الحس عرفا وإن لم يكن قدر قامة وضمير عكسه عائد لارتفاع المأموم فهو انخفاضه عن الإمام .
إثمد العينين صـ 33
وكل مكروه من حيث الجماعة إذا ارتكب فوت فضيلة الجماعة عند حج واستثنى م ر من ذلك تسوية الصفوف وهي تعديلها والتراص فيها ووصلها وسد فرجها وتقاربها وتحاذي القائمين بحيث لا يتقدم صدر واحد ولا شيئ منه على من بجنبه ولا يشرع في الثاني حتى يتم قبله هذا معنى تسوية الصفوف إهـ شيخنا
5.        Bagaimana hukumnya khotib tidak menjadi imam dalam sholat jum’at?
فتاوى الازهر للمفتى دار الافتاء المصرية الجزء 9 صحـ 30
السؤال هل يشترط ان يكون خطيب الجمعة هو الذى يؤم الناس فى صلاتها أم يجوز أن يؤمهم غيره؟ الجواب لامانع أن يكون الخطيب غير الامام حيث لا يوجد نص يمنع ذلك ولا يجوز عند المالكية كما فى كتاب الفقه على مذاهب الاربعة اهـ
Keterangan : Fatawa Al Azhuri Mufti Daaril Ifta Al Mishriyyah Juz 9 hal 30
Pertanyaan : Apakah keberadaan khotib jum’at disyaratkan menjadi imam sholat jum’at ataukah boleh diimami oleh orang lain? Jawab : Tidak ada yang menghalangi keberadaan khotib sholat jum’at tidak menjadi imam sholat jum’at, karena tidak ada penjelasan syara’ atau nash yang melarang hal tersebut, namun menurut ulama Malikiyyah tidak memperbolehkan sebagaimana keterangan didalam kitab Al Fiqhu Ala Madzahibil Arba’ah.
الفقه على مذاهب الاربعة لعبد الرحمن الجزير الجز 1 صحـ 595
المالكية قالوا تنقسم شروط الجمعة الى قسمين شروط وجوب وشروط صحة .... الى ان قال ... وأما شروط صحة الجمعة فهى خمسة .. الى أن قال .. الثالث الامام ويشترط فيه أمران احدهما أن يكون مقيما أو مسافرا نوي اقامة اربعة ايام وقد تقدم ثانيهما ان يكون هو الخطيب فلوصلى بهم غير من خطب فالصلاة باطلة  الا اذا منع الخطيب من الصلاة مانع يبيح له الاستحلاف اهـ
Al Fiqhu Ala Madzahibil Arba’ah Syeh Abdurrohman Al Jaziriy Juz 1 Hal 595.
Ulama Malikiyyah berkata : Kriteria sholat jum’at terbagi menjadi dua bagian, yang pertama syarat wajibnya sholat jum’at, sedangkan yang kedua adalah syarat sah sholat jum’at, sementara syarat sahnya sholat jum’at ada lima : …….. dan syarat yang ketiga adalah mengenai kriteria orang yang menjadi imam sholat jum’at, yaitu ada dua hal yang harus ditepati imam sholat jum’at, pertama : bermukim atau musafir yang berniat iqomah emat hari, kedua : Imam adalah orang yang menadi khotib sholat jum’at.
Maka apabila orang yang menjadi imam sholat jum’at bukan orang yang menjadi khotib sholat jum’at, tentu sholat jum’atnya dihukumi batal, kecuali ada penghalang bagi khotib sholat jum’at untuk melakukan sholat jum’at yang memperbolehkan ia mengambil pengganti sebagai imam sholat jum’at.
سلم التوفيق ص 34
ويكره ذلك أعنى أن يكون الخطيب غير الإمام أفتى بذلك الشيخ التحرير اللوذعى محمد صالح بن ابراهيم اهـ .
Murqotu Su’udit Tashdik syarh Sulam taufik Syeh Abdulloh Bin Husain Bin Thohir Bin Muhammad Hasyim Ba ‘Alwy. Hal 34.

Keberadaan khotib jum’at bukan yang menjadi imam sholat jum’at adalah makruh hukumnya, ini yang difatwakan oleh Syeh Muhammad Sholeh Bin Ibrohim.

Amalan di bulan Sya'ban


Foto Alia.
INILAH AMALAN DI BULAN SYABAN DARI HABIB UMAR BIN HAFIDZ
-----
yang beliau wasiatkan untuk di amalkan di bulan Sya’ban
أوصى الحبيب عمر بن حفيظ بهذا الذكر في شهر شعبان بقوله:
١- أحببنا من أصحابنا أن يأتوا في شعبان بنصيب من ( لا إله إلا أنت سبحانك إني كنت من الظالمين ) وأقله ٤٠٠٠ مرة.
٢- الاكثار من الصلاة على النبي بهذه الصيغة: اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد صلاةً نكون بها محبوبين لك ومحبوبين له في عافية.
Habibana Umar bin Hafidz berwasiat agar kita membaca dzikir ini selama dibulan Sya’ban ini :
1. Wahai para kekasih kami dari teman-teman kami hendak nya kalian membaca dzikir ini dbulan Sya’ban :
(LAA ILAHA ILLA ANTA SUBHAANAKA INNI KUNTU MINA DZOLIMIN ) paling sedikit 4000 x
2. Perbanyak sholawat dengan sholawat ini :
ALLAHUMMA SHOLLI WA SALLIM ALA SAYYIDINA MUHAMMAD WA ALA ALI SAYYIDINA MUHAMMAD SHOLATAN NAKUNU BIHAA MAHBUUBINA LAKA WA MAHBUUBIINA LAHU FII AAFIYAH.
Semoga Bermanfaat dan bisa mengamalkan AMALAN DI BULAN SYABAN DARI HABIB UMAR BIN HAFIDZ

Hisab bersama bulan Romadlon dan Syawal 1438




Merupakan kegiatan rutin tahunan ranting NU desa Purwasari mengadakan Hisab bersama untuk menghitung imaknur rukyah untuk awwal Romadlon dan Syawal. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mempererat tali siratuurohim antar umat islam dan melestarikan ilmu hisab yang telah dipelajari oleh para santri pondok pesantren ketika sudah mukim.
Bertempat di Masjid Nurul Mahmud Gayamsari pelaksanaanya pada Ahad 30 April 2017 / 3 Sya'ban 1438 H dimulai dari jam 09.00 s/d 13.30 dipandu oleh KH Khoerudin Salim pengasuh Masjid Nurul Mahmud Gayamsari dan diikuti oleh para kiyai dan santri dilingkungan desa Purwasari.


Ketentuan ijtima' akhir bulan sya'aban  pada jum'at 26 Mei 2017 pukul 02.36 dengan tinggi Hilal 07,42 dan ijtima' akhir bulan Romadlon pada hari Sabtu 24 Juni 2017 pukul 09.26 dengan tinggi Hilal 04,17. Untuk penetapan awwal Romadlon dan syawal menunggu keputusan pemerintah.